Surat Hawa & Adam


Ini adalah cerita fiksi. Jika ada hal, kejadian atau nama yang serupa, itu hanya kebetulan semata. 

Surat Hawa kepada Adam....

Dear Adam,

Tuhan menciptakan kita berdua untuk saling melengkapi. Tuhan menciptakan kaumku dan kaummu untuk membuat dunia ini semakin indah dan hidup. Namun, banyak hal yang aku dan kaumku sadari mengenai kehidupan ini. Hidup memang sederhana, namun tidak sesederhana yang kami bayangkan.

Bumi tempat kita semua tinggal menawarkan banyak hal. Semua terangkum dalam satu kata, yaitu kehidupan. Jika kita jabarkan satu per satu, kehidupan akan membelah menjadi berbagai sub yang selama ini kita jalani. Akan tetapi, banyak hal yang aku dan kaumku ingin pertanyakan kepadamu.

Boleh kah kami berkata kalau dunia kadang tidak adil untuk kaum kami? Beberapa dari kaummu sering menganggap kami lemah dan tak berdaya sehingga memanfaatkan keadaan tersebut untuk hal yang kurang baik. Beberapa kaummu menjadikan kami sebagai benda, bukan manusia. Beberapa kaummu meremehkan kami dengan sikap dan perbuatan yang terkadang tanpa kalian sadari bisa menyakiti kaum kami.

Kami tahu, itu hanya beberapa. Tapi, bolehkah kami berkata kalau dunia kadang tidak adil? Kaummu bebas untuk melakukan banyak hal. Kaummu sah-sah saja untuk pergi sampai larut malam bahkan subuh tanpa dipandang negatif oleh manusia-manusia di sekelilingmu. Kaummu sah-sah saja untuk menikmati minuman beralkhohol tanpa ada stigma yang bisa meruntuhkan kepribadianmu. Kaummu dengan bebas menikmati nikotin dan membakar hasil jerih payah kalian hanya dengan gulungan-gulungan tembakau.

Kami paham benar tidak semua kaummu begitu. Tapi, boleh kah kami berkata kalau dunia kadang tidak adil untuk kami? Beberapa dari kami didoktrin dengan kata-kata kalau sebrengsek-brengseknya kaummu, mereka akan memilih wanita yang sangat baik, mendekati sempurna dan tanpa cela. beberapa kaummu tidak ingin memandang kami sebagai sesuatu yang serius jika kami menyentuh barang-barang yang memabukkan. Beberapa dari kaummu memandang rendah jika kami sering menikmati dunia malam. Tidak semua dari kami sama. Kami memiliki motivasi yang berbeda-beda untuk melakukan hal tersebut. Kami memiliki cara yang berbeda-beda untuk melampiaskan kelelahan kami dengan segudang kesibukan yang kami alami. Bahkan, sebagian besar dari kami paham betul kapan akan berhenti untuk menikmati hal-hal duniawi ini. Kami paham betul batas kami. Namun, beberapa dari kaummu terlanjur mengecap kami sebagai kaum yang rendah dan murahan. Padahal, mereka pun menikmati hal yang sama.

Kami paham betul, kami ini berbeda-beda. Kalian juga berbeda-beda. Kami berusaha untuk tidak memukul rata kalian dengan sifat yang sama. Tapi, boleh kah kami berkata kalau dunia kadang tidak adil untuk kami? Kaummu menghujat beberapa dari kami yang sudah terlanjur menyerahkan sesuatu yang seharusnya tidak diserahkan sebelum kaumku dan kaummu terikat dalam suatu pernikahan. Padahal, kalian bisa saja dengan bebas menikmati tubuh kami tanpa ada rasa takut untuk kehilangan sesuatu yang seharusnya dijaga. Kalian menyalahkan kami jika kami tidak bisa menjaga diri. Tapi, apakah boleh kami juga menyalahkan kalian yang tidak bisa menahan hawa nafsu sehingga berhasil membuat kami terlena? Ah, ketika itu terlontar dari bibir kami, kami yakin jawaban kalian adalah ‘salah sendiri kalian mau.’

Kami ini memang berbeda-beda. Sebagian dari kami memang menjalankan hidup yang apa adanya. Sebagian dari kami yang lainnya sangat berusaha untuk mencapai keinginan kami melalui prestasi dan karir. Namun, beberapa dari kaummu beranggapan kami ini kelewatan terlalu obsesi dengan dunia karir kami sehingga tidak memikirkan hal-hal lain seperti perasaan kalian dan juga keluarga. Beberapa kaummu bahkan melarang kami untuk menikmati dunia karir karena menganggap kami akan lalai dengan kewajiban kami sebagai pendamping hidup. Padahal, kami paham betul kapan kami harus memulai dan berhenti. Kesibukan kami bukan semata-mata hanya untuk kami, melainkan untuk kita. Akan tetapi, sebagian dari kalian menganggap diri kami egois dan terlalu berusaha menjadi dominan.

Banyak hal yang membuat kami merasa tidak bebas melakukan sesuatu. Kami takut, kalian memandang kami sebagai seorang yang tidak punya harga diri. Meskipun kami tahu, kami memang berbeda-beda. Kalian sering beranggapan kalau kami suka berlebihan dan menganggap kaum kalian itu sama saja. Sekarang, bagaimana kalau kami balik juga pernyataan tersebut kepada kalian? Sama seperti kalian, beberapa dari kami memilih jalan yang lurus-lurus saja untuk hidup, namun beberapa dari kami mencari banyak tantangan yang terkadang membuat kami jatuh tapi tidak pernah berhenti untuk bangkit kembali. Sama seperti kalian, sebagian dari kami membutuhkan sesuatu yang memicu adrenalin kami.

Adam, kami tidak pernah ingin menyalahkan kalian. Kami ingin hidup berdampingan bersama kalian dengan rasa damai. Bisakah kalian menghargai kami dan berhenti untuk memojokkan kami?



Hawa .
Surat Adam kepada Hawa....

Dear Hawa,

Kami bersyukur kepada sang Maha Esa karena telah menciptakan kaummu untuk melengkapi hidup kami. Kami juga bahagia karena kehadiran kalian membuat hidup kami berwarna.

Kalian memang rumit. Kami paham. Kami lebih senang dengan hal yang sederhana. Kami juga paham itu. Kami memang egois dan mau menang sendiri. Kami merasa tidak mau dikalahkan, bahkan oleh kaum kami sendiri.  

Namun, dibalik sifat keras, egois dan keangkuhan kami, sebenarnya kami tidak sesederhana yang kalian pikir. Kami memang lebih menyukai hal yang sederhana, namun apa yang kami pikirkan sebenarnya tidak sesederhana yang kami inginkan.

Bolehkah kami mengingatkan kaummu bahwa kami sebenarnya juga punya hati? Kami memang brengsek, sikap kami dan perkataan kami memang terkadang kelewatan. Tetapi, beberapa dari kami juga rela mengalah saat kamu dan kaummu memarahi kami tanpa sebab ketika kalian berada pada siklus tak menentu. Saat hormon kalian sedang tidak stabil. Kami mengalah untuk tetap diam dan mendengarkan keluhan kalian.

Kami terkadang memang seenaknya dan melakukan hal-hal yang kami inginkan saja tanpa peduli dengan sekitar. Tapi, bolehkah kami mengingatkan kaummu bahwa sebenarnya kami juga punya hati? Beberapa dari kami terkadang mengkhawatirkan kaummu yang suka nekat melakukan banyak hal. Beberapa dari kami sangat khawatir dengan kaummu yang pulang tengah malam sendirian. Terkadang, beberapa dari kami tidak bisa mengungkapkan, tapi percayalah, kami sangat khawatir.

Kami memang terkenal kasar dan mudah marah. Tapi, bolehkah kami mengingatkan kaummu bahwa sebenarnya kami juga punya hati? Beberapa dari kaummu mungkin tidak menyadari ketika kalian bersikap jual mahal padahal sebenarnya kami hanya ingin berbuat baik. Beberapa dari kaummu menyalahkan kami karena memberikan harapan palsu padahal sebenarnya kami berniat untuk peduli.

Beberapa dari kaummu menyalahkan kami yang meninggalkan kalian begitu saja. Ya. Memang kami kadang sebangsat itu. Tapi, bolehkah kami mengingatkan kaummu bahwa sebenarnya kami juga punya hati? Beberapa dari kaummu juga meninggalkan kami begitu saja karena merasa kami kurang mampu mengayomi kalian. Atau, karena kalian masih saja terjebak di masa lalu kalian. Kami hanya diam. Bukan berarti kami tidak peduli. Tapi, karena kami enggan mengungkapkan kesedihan kami kepada kaummu.

Beberapa dari kami memang sangat menyebalkan, brengsek, bangsat atau apapun sebutannya. Tapi, percayalah, kami juga paham betul kapan harus berhenti untuk menjadi seperti itu. Kami paham betul, tidak selamanya kami akan seperti itu.

Beberapa dari kami cukup paham tentang kalian. Namun, beberapa dari kami yang lain perlu belajar banyak hal dari kalian. Kami tahu, kaummu memang tidak semuanya sama. Sehingga itulah sebabnya kami selalu memiliki rasa penasaran luar biasa terhadap kalian. Kami beruasaha melindungi, kami berusaha melakukan hal yang terbaik meskipun dengan keegoisan kami yang sungguh luar biasa.

Jadi, Hawa, kami juga tidak menyalahkan kalian. Kami ingin hidup berdampingan bersama kalian dengan rasa damai. Tapi, bisakah kalian juga memahami kami dan berhenti memojokkan kami?




Adam.


***

Thanks for reading. :)

Comments

  1. "Setiap manusia di dunia pasti pernah sakit hati. Hanya yang berjiwa satria yang mau memaafkan" - Sherina

    ReplyDelete
    Replies
    1. "Betapa, bahagianya, punya banyak teman, betapa senangnya." - Sherina

      Delete

Post a Comment

Popular Posts